PELAJAR DI ABAD KEDUA NU, Harlah IPNU 69

- Jumat, 24 Februari 2023 | 20:56 WIB
Moh Fajar Siddiq
Moh Fajar Siddiq

Cita-cita IPNU adalah membentuk manusia berilmu yang dekat dengan masyarakat, bukan manusia calon kasta elit dalam masyarakat.”
sepenggal pidato KH Tholhah Mansur dalam Muktamar IV IPNU di Yogyakarta tahun 1961.

Baris kalimat pendek tersebut, cukup jelas bahwa Pendiri IPNU mempunyai cita-cita sejak awal bahwa kelahiran IPNU pada tanggal 24 Februari 1954, 20 Jumadil Akhir 1373 H ialah demi membentuk dan mencetak pelajar, santri, mahasiswa Nahdlatul Ulama yang berilmu yang tidak berlagak elitis dan eksklusif. Berilmu dalam konteks pidato di atas, mempunyai makna yang kompleks, definisi berilmu disini penulis artikan kader yang harus memiliki kapasitas ilmu pengetahuan sekaligus kecerdasan yang bisa diterapkan di setiap kalangan.

Mengapa harus berilmu dan cerdas, Seorang Kader IPNU ialah Agen/generasi bangsa dan penerus perjuangan Nahdlatul Ulama, maka Modallitas seperti wawasan, pengetahuan serta implementatif, dan ready to use. perlu di disiapkan dari sejak kader tersebut berproses.
Sehingga, kecerdasan disini merupakan upaya untuk mempraktekkan segala wawasan yang dimilikianya. Karena, melalui beberapa modalitas inilah kader-kader IPNU akan menjadi aset transformasi sosial bagi masyarakat yang lebih luas.

Cita-cita ini, tentu dilandasi dengan asas ideologis yang bersumber dari teks al-Quran, sebagaimana yang teruraikan melalui pesan surah al-Mujadalah: 11 yang menegaskan bahwa Allah akan meninggikan beberapa derajat orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang berilmu (diberi ilmu pengetahuan) beberapa derajat. Landasan normatif ayat suci inilah yang menjadi pedoman pengembangan pengetahuan sekaligus kecerdasan agar selalu “kehausan” dalam meraup air-air ilmu pengetahun bagi para kader IPNU.

Namun, orientasi keilmuan ini tentu saja bukan dalam rangka mencapai ketinggian derajat semata, karena Kiai Tolchah dalam pidatonya tersebut melakukan taqyid al-makna, yang menegaskan keilmuan tersebut harus dilandasi sikap yang dekat dengan masyarakat. artinya, kader IPNU harus mempunyai karakter, yaitu sikap yang siap sedia kapanpun masyarakat memanggil. Sehingga, sangat absurd jika ada seorang kader IPNU yang tidak dekat dengan masyarakat, merasa terasing dari denyut kehidupan warganya. Dari fenomena ini, maka harus ada yang dibenahi dari internal individual atau pola kaderisasi yang kurang tepat. Karena, sikap elitis inilah yang sangat dikhawatirkan oleh Kiai Tolchah selaku founding fathers IPNU.

Pada Awal abad kedua NU ini, setiap kalangan telah mengalami digitalisasi secara menyeluruh, dan mampu merubah sebuah dunia yang mempersempit jarak dan waktunya. Generasi muda dalam hal ini pelajar terhanyut dalam lautan dunia maya. Sudah menjadi pemandangan biasa, bahwa anak muda sekarang lebih suka menggunakan sosial media seperti facebook, twitter, Instagram, dan lainnya dibanding dengan berkumpul langsung untuk melakukan suatu proses sosial secara nyata. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa era sekarang sudah masuk pada era disrupsi, tak mungkin dibendung, tapi lebih dalam taraf bagaimana mengelola potensi tersebut.

Nah maka peran IPNU penting sekali dalam meningkatkan mutu organisasi di era disrupsi hari ini. IPNU harus menjadi patron Seluruh Pelajar Nusantara bahkan dunia dalam merawat Budaya dan Amaliyah serta menjadi teman harmonis Masyarakat.
IPNU dalam konteks kemajuan ialah mampu meningkatkan potensi secara maksimal agar mampu merevitalisasi peranan anggota, kader, dan pangurus di dalamnya, Kerangka ini bisa memberikan kesadaran tentang bagaimana untuk merencanakan masa depan dirinya sekaligus mengembangkan pemikiran dan idenya dalam berproses.
serta peran seorang Kader IPNU selain merawat anggota, juga perlu untuk memberikan kemaslahatan ditengah-tengan  masyarakat.
Salah satu organisasi yang berada di ranah pemberdayaan generasi muda ini yaitu IPNU Organisasi yang fokus dalam upaya untuk membina pelajar, santri dan mahasiswa yang notebene adalah generasi muda NU.
Generasi yang memiliki  intelektualitas yang dari proses mengenyam pendidikan tentu bermuara pada suatu upaya taktis untuk menghasilkan pioner muda selanjutnya.
Tuntutan dari perubahan yang cepat selalu menimbulkan suatu paradigma yang berbeda di kalangan kaum muda NU. Sikap moderat yang menjadi patokan menjadi tumbuan dalam menghadapi perubahan duniawiyah.
Estafet organisasi sebagai salah satu tumpuan melakukan proses pendewasaan baik secara mental maupun sosial melalui peranan pelajar NU kedepannya.
Garis haluan IPNU yang menjadi penerus dari Nahdlatul Ulama merupakan faktor yang harus mulai dikembalikan lagi. Di samping tetap memperluas cakupan pengkaderan, dan kemajuan IPNU

Tindak lanjutnya dapat diberikan dalam melihat peluang akan peranan intelektual muda dalam membangun bangsa melalui pengembangan soft skills dan juga penggemblengan secara organisasi. Daya tarik IPNU yang unik dan khas harus tetap dimunculkan seperti kultur keagamaan ala NU, dan pengamalan Amaliyah NU ditengah masayarakat. Para pelajar yang terus mengalami proses belajar baik secara akademik maupun organisatoris yang akan mampu membangun suatu mental sosial secara memadai. Perjuangan segera dimulai. Bergandengan tangan untuk menunjukkan kualitas dari kader muda NU. Hingga akhirnya dapat menjadikan IPNU menjadi organisasi kepelajaran yang dapat menunjukkan kiprah riilnya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Sebuah kredo yang terkenal di IPNU: belajar, berjuang dan bertaqwa juga menjadi semacam world view yang mendarah daging, untuk terus melakukan kerja-kerja intelektual, sosial dan spiritual secara sekaligus. Selaras dengan makna nahdlah dalam nomenklatur Nahdlatul Ulama yang berarti kebangkitan agama dan peradaban secara bersama-sama (nahdlah ad-diniyah wal madaniyah ma’an). Melihat kesinambungan gagasan konseptual serta falsafahnya, maka sangat masuk akal jika pembangunan dan keberlangsungan NahdlatulUlama sebagai garda pembentukan peradaban masyarakat Indonesia, berada dipundak kader-kader IPNU.

Selamat harlah IPNU ke-69
#PelajarMerawatPeradaban

 

Tentang Penulis Moh Fajar Siddiq merupakan Wakil Ketua II PC IPNU Sumenep masa Khidmat 2022-2024

Editor: MOH. AMIN RAIS

Tags

Artikel Terkait

Terkini

PELAJAR DI ABAD KEDUA NU, Harlah IPNU 69

Jumat, 24 Februari 2023 | 20:56 WIB

Lagu Indonesia Raya atau Jasad Fir'aun?

Jumat, 27 Januari 2023 | 14:15 WIB

Pps Lapa Laok Buka Pendaftaran Pantarlih

Kamis, 26 Januari 2023 | 12:49 WIB

PPK Dungkek Gelar Tes Wawancara PPS

Rabu, 18 Januari 2023 | 16:33 WIB
X